Iman Kepada Malaikat

Iman Kepada Malaikat


Iman kepada malaikat berdasarkan dalil naqli, sebab akal tidak pernah mampu menjangkau eksistensi/keberadaan Malaikat. Dalil syara’ tentang adanya malaikat berasal dari ayat-ayat Al-Quran dan sunnah rasul diantaranya adalah firman Allah SWT:
“Allah telah terangkan bahwasanya tidak ada ilah selain Dia, Yang menegakkan keadilan dan disaksikan oleh para malaikat dan ahli-ahli ilmu. Tidak ada Ilah selain Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana” (QS. Ali-Imran : 18).
Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah (sunguh-sungguh) kepada Allah dan Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. (Ketahuilah bahwa) siapa saja kafir terhadap Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa : 136).

Iman Kepada Kitabullah


Kitab-kitab yang berasal dari firman Allah SWT seluruhnya ada empat macam, yaitu Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s. Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud as. Dan Injil yang diturunkan kepada hamba Allah dan Rasul-Nya, Nabi Isa A.s. Sementara itu firman Allah dalam bentuk shuhuf, misalnya adalah apa yang dibenarkan kepada Nabi Ibrahim a.s.
Beriman terhadap kitab Allah mempunyai sandaran yang berasal dari pemahaman dalil aqli dan naqli. Adapun mengenai penjelasan dalil-dalil tersebut, maka Al-Quran adalah kitab yang berbeda dengan kitab-kitab lainnya. Secara faktual/nyata, Al-Quran merupakan suatu kenyataan yang bisa dijangkau panca indera dan akal, dapat dipikirkan atau dibuktikan kebenarannya.
Tidak demikian halnya dengan kitab samawi lainnya. Kitab tersebut faktanya sudah tidak ada, sehingga akal sudah tidak mampu membahas dan membuktikan kebenarannya (bahwa kitab iut berasal dari Allah). Sebab kitab-kitab tersebut tidak mengandung mukjizat yang bisa dijangkau akal manusia (terutama manusia pada zaman kini). Juga Nabi yang membawanya tidak menjadikannya (Taurat, Zabur, dan Injil) sebagai bukti tentang kenabiannya. Walaupun demikian, kita wajib meyakini kitab-kitab tersebut pernah diwahyukan kepada nabi-nabi dan rasul-rasul terdahulu, baik yang diberitakan dalam Al-Quran maupun yang tidak diberitakan.
Karena itu, dalil keimanan terhadap kitab-kitab suci selain Al-Quran, adalah dalil naqli, yakni berdasarkan (ditunjukan) oleh Al-Quran dan Hadist Rasul yag pasti, seperti firman Alah SWT :
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab-kitab yang Allah telah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah telah turunkan sebelumnya. Siapa saja yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kiamat, maka sesungguhnya telah sesat sejauh-jauhnya.” (Q. S. An-Nisaa : 136).
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa Al-Quran telah diwahyukan Allah SWT kepada Nabi dan Rasul-Nya, Muhammad SAW, melalui Malaikat Jibril as, adalah berdasarkan pada dalil aqli, yaitu dengan pembuktian dari segi ketinggian bahasa dan isi yang dikandungnya. Kedua hal ini telah menunjukkan suatu mukjizat yang amat menakjubkan dan besar, sekaligus membuktikan bahwa Al-Quran bukan hasil karya seorang manusia.

Iman Kepada Rasul


Beriman kepada kenabian Muhammad SAW, dapat dibuktikan secara aqli dengan mukjizatnya yang abadi, yaitu Al-Quran. Ia adalah Kalamullah, yang telah membungkam orang-orang kafir, terdiam tak mampu menandingi atau mendatangkan satu surat saja semisal Al-Quran. Hal ini menjadi dalil yang meyakinkan bahwa Muhammad SAW adalah seorang nabi dan rasul. Sebab, suatu mukjizat hanya diberikan Allah kepada para nabi dan rasul. Allah SWT berfirman :
(Dan) jika kalian tetap meragukan Al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad SAW), maka buatlah satu surat (saja) semisal Al-Quran dan ajaklah para penolong selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar.” (QS. Al-Baqarah : 23).
Disamping kita percaya kepada kenabian dan kerasulan Muhammad SAW, kita wajib percaya pula bahwa Nabi Muhammad SAW adalah khatamun-nabiyyin (penutup para nabi). Dikalangan ummat Islam sejak sahabat hingga kini, bahkan sampai akhir jaman nanti wajib mentaati konsensus bahwa nabi dan rasul penutup (akhir) adalah Muhammad SAW, sehingga tidak ada lagi nabi dan rasul sesudahnya sampai hari kiamat. Konsensus ummat Islam mengenai hal ini adalah berdasarkan :
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Mahatahu segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab : 40)
Sesungguhnya risalah kenabian itu telah habis. Maka tidak ada nabi dan rasul sesudahnya.” (Imam Ahmad bin Hambal dari Anas bin Malik).
Sesungguhnya perumpamaan diriku dengan nabi-nabi sebelumku adalah sama dengan seorang yang membuat sebuah rumah; diperindah dan diperbagusnya (serta diselesaikan segala sesuatunya) kecuali tempat (yang disiapkan) untuk sebuah batu bata di sudut rumah itu. Orang-orang yang mengelilingi rumah itu mengaguminya, tetapi bertanya; “Mengapa engkau belum memasang batu bata itu ? Nabi pun berkata ‘Sayalah batu bata (terakhir) -sebagai penyempurna -itu, dan sayalah penutup para nabi’.” (Imam Bukhari, Ahmad Ibnu Hibban dari Abi Hurairah).
Adapun beriman kepada nabi dan rasul sebelum Muhammad SAW dengan dalil naqli. Al-Quran menjelaskan bahwa mereka diutus oleh Allah dengan syari’at masing-masing. Namun diantara mereka tidak ada perbedaan dalam hal menyeru kepada tauhid.
“...beriman kepada Allah, malaikat, kitab, dan rasul yang tidak ada perbedaan satu dengan yang lainnya diantara mereka.” (QS. Al-Baqarah : 285).

Iman Kepada Hari Akhir


0 komentar:

About Me

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.
twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail